Sabtu, 29 Oktober 2011

Dodol Makanodol Part 2: Love is in the air



Pemirsa..
pe-pe mi-mir sa-sa..
Terima kasih atas perhatiannya.
Dodol Makanodol The Series kembali lagi menyapa Anda.
Ini adalah sebuah cerpen bersambung yang ringan, lucu, dan menghibur.
Tak usah basa-basi. Selamat menikmati.

*Nania

“Nania.. Ayo cepet.. “ Sahut ibunya dari dalam mobil.
“Iya ma.. “ Si gadis yang ternyata bernama Nania itu melemparkan senyum sekali lagi lalu segera menaiki mobil.
Sekali lagi Dodol cengar-cengir sendiri.
Nania. Nama yang indah. Sebuah kata yang paling indah yang pernah didengar oleh Dodol. Sebuah judul lagu yang mengisi seluruh hari-hari dalam hidup Dodol. Stereotype yang mengacu pada sesosok makhluk indah. Dunia serasa berhenti sejenak.
“Bang.. Ngapain disini?” Sahut Mini dari belakang.
“Huahahaha.. “ Senyum Dodol tambah lebar melihat muka Mini kaya badut ancol.
“Ih, Abang nih.. Mini kan dandan supaya cantik. Kok malah diketawain sih? Huh!” Mini sewot.
“Itu bedak ato dempul? Haha.. Kalo nyoba make up tuh ga usah tebel-tebel kali.. “ Dodol makin terpingkal.
“Eh biarin.. Gini-gini kan banyak yang naksir Mini Bang.” Mini membela diri.
“Bang, jangan lupa besok malem anterin Mini ya. Mo ketemuan ma Mono di lapangan. Mo liat layar tancep.” Mini beralih topik sambil berjalan pulang.
“Kenapa ga si Mono aja yg jemput lu. Cowo kok ga modal.. “ Dodol jadi sewot.
“Abang kan udah janji.. Lagian Mini ogah ah dijemput pake motor bututnya Mono.. “ Mini manyun.
“Motornya Mono tuh kalo jalan ributnya setengah mati. Knalpotnya bisa buat ngasepin rumah. Belum lagi kalo mogok, pasti jadi gerobak dorong deh.. “ Muka Mini makin manyun.
“Kan romantis tuh dorong motor berdua.. Hehe.. “ Dodol menggoda.
DUAKK!! Kaki Dodol jadi sasaran tendangan maut Mini. Kontan aja Dodol lompat-lompat kaya kelinci.
“Romantis dari Hongkong?!” Mini ngamuk. Memang Dodol tidak tahu apa yang namanya romantisme. Tetapi satu hal yang dia tahu, yaitu hari itu terlihat cerah. Secerah hati Dodol yang berbunga.

*Layar Tancap

Sabtu itu hari kencan nasional bagi sebagian besar muda-mudi jaman sekarang. Yang punya pasangan ya keluar dengan pasangannya. Bagi yang jomblo ya keluar dengan temennya, cari cewe yang bisa nerima rayuan gombal mereka.
No offense ya. Senjata utama para jombloers adalah rayuan. Dan harusnya kalian para jombloers berbangga dengan itu. Cowo tanpa rayuan ibarat cowo tanpa Mr.P, alias ga punya nyali.
Para muda-mudi ini biasanya pergi ke tempat-tempat yang nyaman buat menghabiskan waktu bersama. Bisa di cafe, bioskop, mall, atau tempat lain yang asik buat hang out. Ga termasuk pos ronda.
Dan kali ini Mini memilih pergi ke lapangan desa. Ada layar tancap disana. Dan tentunya juga karena ada Mono. Mono adalah sesosok pemuda desa biasa. Anak pemilik bengkel sepeda. Berkulit hitam. Wajahnya pas-pasan. Pas banget kalo ditaruh di asbak. Dia juga selalu kreatif, kere dan aktif. Tapi Mono baik hati, apalagi kepada Mini. Apapun dilakuin buat mendapatkan hati Mini.
Layar tancap kali ini diadakan untuk memeriahkan panen raya di desa Dodol. Masyarakat datang berbondong-bondong ke lapangan desa. Antusiasme yang tinggi dikarenakan acara seperti ini hanya berlangsung pada saat panen raya saja atau sekitar satu tahun sekali. Filmnya Trio Warkop alias Dono, Kasino, Indro yang selalu mengundang tawa meskipun orang-orang sudah menontonnya berkali-kali. Tapi yang terpenting bukan filmnya, tetapi adalah rasa kebersamaan dan rasa syukur kepada Tuhan untuk semua nikmat yang telah diberikan.
Mini dan Dodol sudah berada di sini. Mereka sampai lebih dulu sebelum Mono.
Dodol ga abis pikir, kenapa dia harus jadi satpam lantaran adiknya pacaran. Mungkin Mini ingin kakaknya nepukin nyamuk yang bisa ganggu asiknya pacaran. Atau jadi tukang anter makanan saat mereka lapar.
“Bang, Mini mo ke toilet dulu ya.. Kalo Mono dateng suruh tunggu aja bentar. Nitip tas Mini ya.. ” Sahut Mini sambil nyodorin tas tangannya.
Kini Dodol merasa jadi tukang penitipan tas.
“Bang, udah lama nyampe sini? Hmm.. Abang cocok pake tas itu.. Hehe.. “ Mono nyengir.
“Heh, monyong!” Dodol menyalak. Mono memegangi bibirnya.
“Ini tas Mini tau! Lu ndiri ngapain pake kacamata item? Kenapa ga sekalian pake tongkat aja?” Dodol murka.
“Biar keren nih Bang. Gaya masa kini. Mana Mini?” Sahut Mono asal sambil benerin kacamatanya.
“Ke toilet. Mungkin udah muntah duluan sebelum ketemu muka lu. Nih pegang!” Dodol nyodorin tasnya Mini.
Tak lama kemudian Mini nongol.
“Hey Mono.. Duduk di depan sono yuk.. “ Sahut Mini yang langsung ngajak Mono nonton di urutan depan.
Film diputar. Semua khusuk mengikuti jalannya film sampai selesai.
Acara malam itu pun sukses. Tapi tidak bagi Dodol. Selama pemutaran film dia teringat akan Nania. Wanita pujaan hatinya. Dodol yakin suatu saat nanti kan mendapatkan hati Nania. Dan akan membuat Nania merasa beruntung mendapatkan Dodol.

*Jahil Setengah Mampus

Dodol kebagian tugas belanja bulanan dari Emak. Dodol sendiri sebenarnya tidak suka belanja. Mendingan ngepel atau cuci baju. Menurut Dodol, belanja itu pekerjaan wanita. Dan itu tidak mendukung pengembangan dirinya sebagai cowo tulen. Tapi Dodol tetap melakukannya dengan ancaman tidak makan selama sebulan.
Mall ABC adalah mall terdekat dari rumah Dodol yang di dalamnya terdapat supermarket. Mall ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan Mall lain di ibukota. Dodol pikir tak ada salahnya belanja disini, sekalian cuci mata.
Setelah capek belanja-belanji, Dodol pun berniat untuk rehat untuk minum softdrink. Ternyata di Mall ini ada event lomba menggambar dan menyanyi. Bukan, bukan menggambar sambil menyanyi, apalagi menggambar sambil kayang. Dodol pun tertarik. Bukan jadi peserta, Dodol cuma bisa gambar bebek nungging. Tapi untuk melihat bakat anak-anak ini. Siapa tahu ada yang bisa menggantikan Basuki Abdullah atau Affandi kelak saat dewasa.
Dan benar saja, ada salah satu anak yang menggambar dengan antusias. Si adik yang memakai kaos bergambar spongebob ini sibuk menggambar dan kelihatan sangat terampil. Dodol pun penasaran dan mendekatinya.
“Sapinya bagus dik. Pinter gambarnya..” Sapa Dodol.
Si adik manyun sambil teriak “Ini kucing Om!”
Dodol kaget “Kok ada tanduknya?”
“Itu kupingnya tau! Sono jauhan! Ganggu aja nih si Om!” Si adik sewot.
“Am-Om.. Emang gue setua itu apa? Dasar tuyul!” Dodol ngoceh sendiri sambil meninggalkan si adik.
“Hai.. “ Dodol disapa di dalam kerumunan.Dodol pun keluar dari kerumunan dan mencari siapa yang menyapanya.
“Kamu disini?” Dari belakang suara itu berasal. Dodol menengok.
“Na.. Nania.” Dodol sumringah kaya menang lotere.
“Kalo ga salah namamu Dolly ya?” Nania mencoba mengingat kenangan buruknya di bis.
“Dodol.. Atau Kevin. Hehe..” Dodol mengoreksi namanya.
“Ngapain kamu disini?” Tanya Nania.
Dodol lalu menunjukkan belanjaannya ke Nania.
“Oh, ngangkatin belanjaan orang. So, ngapain mampir sini? Ntar dimarahin ma majikanmu lho.” Nania asal ngomong.
“Bukan, ini kebetulan dapet tugas belanja dari Emak. Nania ngapain disini?” Dodol mencoba memperbaiki image-nya.
“Nganterin adikku ikut lomba menggambar.” Jawab Nania.“Wah, adik Nania pasti pinter deh..” Dodol langsung memuji.
“Kalian udah ketemu kan tadi? Tuh, adikku yang pake kaos gambar spongebob. Dimas namanya.” Nania menunjuk si adik bawel itu.
“Amit-amit.. Adiknya kaya tuyul, kakaknya kaya malaikat.” Seloroh Dodol dalam hati. Dodol hanya tersenyum ke Nania.
Lalu Dodol dan Nania menunggui Dimas sampai lomba selesai.
Dimas adalah contoh anak yang jahil dan nakal banget. Tipikal anak pemeran utama film Home Alone. Salah satu bukti kenakalannya adalah pada saat pengumuman pemenang. Dimas menang juara tiga. Pada saat sesi foto dia menginjak kaki juri. Sehingga Pak juri terfoto dengan mengangkat kakinya. Dimas senang. Nania geleng-geleng. Dodol shock. Songong ni bocah.
Satu lagi bukti kenakalannya. Pada saat mereka tengah melewati eskalator untuk turun, Dimas merebut belanjaan Dodol dan melemparkannya ke eskalator sebelah yang notabene berlawanan arah. Kontan Dodol panik. Mana disitu padat pengunjung sehingga susah untuk menerobos kerumunan orang di eskalator. Dodol berusaha naik lagi. Dimas segera berlari menuju mobil. Sementara Nania mengikutinya dari belakang.
“Maaf ya.. Lain kali kita ketemu lagi.” Kata Nania sambil mengikuti Dimas.Dodol tersenyum sambil memunguti belanjaannya. Akan ada kesempatan lain kali.

*Love is in the air

Dan lain kali itu harus terbentur dengan adanya Ujian Akhir Nasional. Dodol harus berkonsentrasi penuh ke pelajaran agar mendapatkan nilai yang baik. Karena dia ingin meneruskan kuliah di teknik mesin. Nania boleh jadi tidak ada di pikirannya. Tetapi kan selalu ada di hati Dodol.
Ujian Akhir pun lewat sudah. Dodol melaluinya dengan nilai memuaskan. Emak langsung ngadain selamatan. Anaknya yang dodol bisa masuk ke perguruan tinggi sesuai harapan. Tapi ada satu yang paling ditunggu Dodol. Yaitu saat bertemu dengan Nania.
Dengan berakhirnya ujian, maka pertanda akan dimulainya pensi sekolah. Para panitia pensi sibuk bikin format acara. Tak terkecuali Dodol. Ada yang menarik perhatian Dodol pada pensi kali ini. Yaitu tema untuk kali ini adalah cinta. Cinta secara universal. Dari sudut pandang global sebagai sesama manusia. Bagi Dodol ada banyak cinta. Cinta pada orang tua, pada saudara, pada teman, juga pada kekasih. Yang terakhir ini adalah yang belum pernah Dodol rasakan seumur hidup. Menjadi jomblo seumur hidup bukanlah pilihan, tapi karena keadaan.
Cinta pada pandangan pertama. Kalimat itulah yang dapat menggambarkan keadaan Dodol pada saat ini. Dodol tidak harus percaya pada kata-kata itu. Tetapi dia harus percaya pada hatinya. –Bersambung

Episode mendatang akan ada pensi sekolah. Banyak kejadian seru yang menanti Dodol. Apakah Dodol akan mendapatkan perhatian Nania lagi? Tunggu aja..

Cerita di atas hanya fiktif belaka.
Apabila ada kesamaan nama orang dan tempat hanya kebetulan semata.
Terima kasih atas perhatiannya.
Sampai ketemu lain kali.

Minggu, 23 Oktober 2011

Dodol Makanodol Part 1: Metromini Tua


Pemirsa..
pe-pe mi-mir sa-sa..
Terima kasih atas perhatiannya.
Dodol Makanodol The Series adalah sebuah cerpen bersambung yang ringan, lucu, dan menghibur.
Saya harap Anda semua suka..

* Pandangan pertama

Jam 7 pagi begini sih biasanya Dodol masih ngorok di kamarnya. Dodol memiliki rambut ikal dan berperawakan tegap setegap tiang listrik. Berkulit sawo matang hampir busuk. Berwajah campuran Arab dan Betawi. Ga heran kalo lagi tidur mirip onta.
"Bang, bantu Emak angkatin belanjaan gih!" Suara Mini, adik Dodol membangunkan.
Mini jauh berbeda dengan kakaknya. Selain dia cewe, Mini mempunyai kulit kuning langsat ala Indonesia. Rambut ikal sebahu. Wajah yang manis dan memiliki lesung pipit empat buah. Dua di pipi dua lagi di jidat.
"Emmhh? gua ngantuk banget Min. Tau ndiri gue begadang ngerjain tugas mpe pagi.. " Jawab Dodol yang masih nempel di tempat tidur.
"Emang tugasnya disuruh ngapain sih Bang? Kali aja Mini bisa bantuin." Tanya Mini penasaran.
"Ngitungin bintang pas jam 12 malem! Kalo lu mau bantu gue, sono angkatin belanjaan Emak.." Jawab Dodol sambil nutupin kepalanya peke bantal.
"Huhh! Ngaco! Entar Mini bilangin Emak lho.. " Mini sewot sambil ngelempar bantal trus melengos pergi.
Sebenarnya bukan karena tugas ngaco itu yang bikin Dodol begadang sampai pagi. Tapi karena badai. Badai cinta lebih tepatnya. Cinta yang dahsyat, yang bikin logika tak bekerja. Bikin hati bergejolak. Adrenalin yang tinggi membuat Dodol tak dapat tidur pada malam itu. Pandangan pertama yang tertuju pada sesosok makhluk cantik. Seumur-umur Dodol belum pernah menemui wanita seperti itu selain di sinetron. Cantik, anggun, pintar, dan senyumnya bikin kopi pahit terasa lebih manis.

* Metromini tua

Berawal dari sebuah metromini tua. Yang catnya dah pada ngelupas. Yang kalo jalan bunyinya cit-cit. Dan juga supirnya yang suka nyetel lagu keroncong. Disitulah awal mula pertemuan Dodol dengan si cewek.
Dodol yang notabene hobi bangun siang kali itu dia berangkat pagi. Katanya ada janji mo ngerjain dekorasi buat acara PenSi di sekolahnya. Sama janji bantuin Pak Jiman, tukang kebun, nyapu halaman sekolah.
Di metromini tua yang lengang pagi itu dia menemukan seseorang yang mukanya tidak asing bagi penikmat sinetron. Ada cewek mirip Sandra Dewi.. Tapi kali ini berseragam sekolah. Duduk manis di sudut. Membaca buku pelajaran. Sambil mengunyah keripik kentang. Tanpa terasa Dodol sudah berdiri di depannya.
"Ada apa Mas?" Kata si cewek takut digigit.
"Mau ke sekolah ya?" Tanya Dodol sambil nyengir.
"Nggak.. " Sahut si cewek sewot.
"Kok pake seragam sekolah? Pasti mo ke sekolah dong..?" Tanya Dodol tetep nyengir.
"Udah tau kok pake nanya sih Mas?" si cewek ngerasa ngobrol sama orang idiot.
"Yee.. Gitu aja marah.. Sekolah dimana?" Dodol nanya terus kaya pembantu.
"67" Jawab si cewek seperlunya.
"Wah, sama dong.. Gue kelas IPA-3. Loe kelas berapa?" Dodol semakin sumringah menemukan adik kelasnya begitu kinclong.
"10-2" Si cewek heran punya kakak kelas bertampang kriminal seperti ini.
"Kenalin, nama gue, Dodol. Tapi kalo mo panggil Kevin juga gapapa.." Dodol berharap sodoran tangannya disambut hangat.
"Kiri Bang.." Tiba-tiba si cewek turun dari metromini.
Ga kerasa udah nyampe di sekolah. Si cewek nyelonong pergi meninggalkan Dodol yang masih cengar-cengir sendiri. Abang kernet metromini juga udah kabur. Takut jadi pelampiasan nafsu Dodol.
Dodol pun segera menuju sekolah dengan hati gembira seperti pelaut yang menemukan daratan, atau orang yang sembuh dari sembelit. Walaupun perkenalannya tidak berjalan mulus, namun dia yakin kelak si cewek bakal menyebutkan sebuah nama dari mulut manisnya.

* Perjuangan berlanjut

Kembali lagi ke waktu semula. Dimana Dodol sudah bangun dalam keadaan basah. Dan Emak udah pegang ember.
"Mo molor sampe kapan kamu? Bantuin Bapakmu nyuci mobil!" Emak kalap.
"Iya Mom.. Tapi kan ga perlu pake disiram gini." Jawab Dodol sambil bersihin mukanya.
"Mam-mom.. Masih untung disiram pake air biasa, lain kali pake air keras baru tau rasa kamu!" Emak mengancam tanpa ampun. Dodol manggut-manggut.
Hari itu hari Minggu. Hari yang oke buat refreshing, hangout, atau apalah namanya. Dan Dodol pengen banget menghabiskan hari itu untuk bertemu dengan gadis pujaannya sekali lagi. Nonton layar tancep kek, makan siomay kek, naik komidi puter kek, asalkan bersamanya akan terasa lebih enjoy.
Dan akhirnya Dodol pun hangout juga. Tapi bukan sama sang gadis pujaan, bukan pula dengan teman-temannya, tapi sama Mini. Dodol pergi ke Mall nganterin Mini beli lipstik. Katanya punya dia abis, bukan dipake, tapi dipake si Pepeng anak tetangga sebelah buat corat-coret di tembok kamar Mini. Kontan aja Mini ngamuk abis-abisan ma tetangga sebelah.
Di saat Mini lagi nyobain macem-macem lipstik sampe bibirnya jontor, pandangan Dodol tertuju pada sebuah pemandangan yang indah disana. Counter pakaian dalam wanita.. Bukan.. Di sebelahnya. Ada counter jaket wanita. Dan di situ ada si cewek metromini (red: you know who..). Dodol pun segera mendekatinya.
"Hai.." Sapa Dodol.
"Mas nyapa Saya?" Si cewek ngerasa ada kambing nyapa.
"Iya, loe yang lagi milih jaket. Loe yang ketemu di metromini kan? Lagi ngapain disini?" Tanya Dodol asal.
"Mmm.. Emang keliatannya Saya lagi boker ya? Saya lagi milih-milih jaket. Sapa tau ada yang cocok." Jawab si cewek.
"Kalo buat loe semua pasti cocok.. Loe kan cantik." Dodol mulai mengeluarkan rayuan mautnya. Si cewek mulai menyadari kalo ada gombal nyangkut di mulut orang aneh ini.
"Nah, ini kayanya bagus." Si cewek sudah menemukan pilihannya dan nyelonong pergi setelah membayar di kasir.
"Heeii.. Tunggu.. " Dodol mengejar.
"Maaf Mas, Saya buru-buru. Mama saya udah nungguin di luar." Jawab si cewek sambil setengah berlari.
"Iya, tapi jangan cepet-cepet dong.. " Kejar Dodol sambil setengah berlari setengah mengangkang.
DUBRAAKK!! Si cewek jatuh di tangga depan mall.
Dodol segera membantu mengangkatnya berdiri.
"Makasih ya.. " Si cewek tersenyum simpul. Simpul yang membuat jantung Dodol berhenti sejenak.
"Ayo cepet!!" Sang Mama sudah berteriak dari dalam mobil. Si cewek segera berlari menghampiri.
"Hei! Sapa nama loe?!" Dodol berteriak.
"Namaku.. "

Ehmm.. :)
Sodara-sodari sekalian.. Mo tau kelanjutannya kan?
Jangan lewatkan kisah Dodol Makanodol selanjutnya ya..

Cerita di atas hanya fiktif belaka.
Apabila ada kesamaan nama orang dan tempat hanya kebetulan semata.
Terima kasih atas perhatiannya.
Wassalamu'alaikum.