Sabtu, 05 November 2011

Dodol Makanodol Part 3: Semua cinta itu indah



Halo sodara-sodari..
Dodol kembali lagi nih.
Waktu lalu Dodol udah berkenalan dengan Nania. Sang bidadari di hati Dodol.
Kali ini Dodol makin yakin bahwa Nania adalah pilihan hatinya.
Udah pada siap dengan kelanjutan cerita selanjutnya?

*Pentas seni sekolah yang kutunggu

Walau sudah berkali-kali diadakan, pentas seni (pensi) sekolah adalah hal yang ditunggu-tunggu di tiap tahunnya. Pesta ini lebih mirip prom night daripada pentas seni. Memang yang ditampilkan adalah musik dan tari, namun yang paling ditunggu adalah saat pemilihan raja dan ratu pesta. Merupakan sebuah penghargaan apabila mendapatkan gelar tersebut. Apalagi raja dan ratu bisa berdansa berdua sepanjang malam sampe dengkul copot.

Hal itulah yang menjadi perhatian Dodol selama seminggu ini. Membayangkan dia bersama Nania menjadi raja dan ratu semalam. Bisa berdansa diiringi lagu yang romantis. Bahkan mungkin Dodol bisa menyatakan perasaannya pada malam itu. Betapa bahagianya. Senyum tak bisa lepas dari bibir Dodol.

“Kak Dodol.. Lama amat sih?! Gantian toiletnya!” Sahut mini membuyarkan lamunan Dodol.
“Sabar, lagi cari inspirasi nih.” Dodol merasa pertapaannya terganggu.
“Disuruh Emak jahitin baju di Pak Imun. Buruaan gih, Mini udah kebelet. Udah di ujung.. “ Mini berusaha menahan hajatnya sambil joget-joget.

Memang tidak mudah mencari tempat merenung yang aman. Lalu Dodol pun segera menuntaskan panggilan alamnya dan bergegas menunaikan tugasnya sebagai anak yang berbakti.

Pak Imun adalah seorang penjahit kawakan. Pengalamannya menjahit memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Dia sudah malang melintang di dunia jahit-menjahit selama bertahun-tahun. Namun justru karena hal itu dia tidak punya istri. Jadi apabila Pak Imun sedang horny, langsung mengelus-elus mesin jahit kesayangannya, dan mulai.. menjahit. Oh ya, by the way Pak Imun memang agak kemayu. Tapi dia ga berbahaya. Mungkin agak centil.

“Pak Imun, bapak minta dijahitin baju nih. Ukurannya seperti yg kemaren. Nih batiknya.” Dodol nyembur aja tanpa permisi.
“Monyong.. eh monyong! Dodol! Ngagetin aje ente! Kalo ane mokad gimane?!” Pak Imun yang lagi khusyuk jahit spontan kaget.
“Ya dikubur Pak. Kecuali kalo Pak Imun mo dijadiin mumi. Cocok kali ye? Hehe.. ” Sahut Dodol asal.
“Eh, ente sekate-kate ye?!  Mane batiknye?!” Pak Imun mengambil batik dari tangan Dodol.
“Pak, bisa jahitin baju buat gue ga? Yang keren gitu. Mo ada pentas seni sekolah.”
“Baju yang cucok buat ente itu cume baju badut. Hehe.. “ Pak Imun ngerasa itu sebuah balasan buat Dodol.
“Yang model artis korea gitu dong Pak. Muka gue kan mirip Won Bin.” Sahut Dodol sambil ngaca.
“Iye, muke ente mirip Bonbin. Hehe.. Ane bise bikinin baju model gitu. Tapi ente cari ndiri bahannye.”
Pak Imun segera mengukur badan Dodol. Lalu sebuah catatan bahan diberikan. Dodol manggut-manggut. Harapannya untuk tampil keren di pesta akan segera terlaksana. Dan mungkin Nania akan dibuat terpesona olehnya.

Dua minggu berlalu. Bagi sebagian orang hari itu merupakan hari yang penting. Pentas seni sekolah telah tiba.


*Stay cool, be different

Dorongan niat yang kuat untuk segera tampil keren adalah yang dirasakan Dodol saat ini. Baju gaya Korea pesanan Dodol sudah siap dipakai. Sepatu bergaya vintage telah tertata. Panu juga telah disalep. Tak ada yang menghalangi Dodol untuk mengguncang Pentas Seni malam itu.

Kecuali hujan deras.

Apa jadinya pensi tanpa Dodol? Mungkin tetap akan meriah sih, namun Dodol ga akan membiarkan Nania berdansa tanpanya. Dengan dorongan niat yang kuat itulah dorongan motor Dodol menjadi semakin kencang. Hujan mungkin saja menjadi halangan, namun Dodol percaya hal itu hanya sekedar ukuran seberapa kuat niatnya untuk merubah takdirnya. Dodol belajar hal itu dari Nenek Imah.

Aula sekolah menyambut kedatangan Dodol dengan suara gemuruh. Gemuruh suara sound system bercampur suara guntur. Baju masih oke, sepatu basah dikit, rambut masih klimis, upil udah bersih, ketek ga seberapa bau. Beres deh. Pensi, bersiaplah untuk terpesona karena sang penakluk pesta telah tiba.

Pensi memang meriah. Semua orang seakan melupakan betapa ngerinya suasana ujian nasional yang diselenggarakan beberapa waktu lalu. Kini mereka membaur memberikan semua kamampuan mereka untuk bernyanyi dan berdansa. Beberapa kelas menampilkan hasil karya seni mereka. Ada yang menampilkan seni menyanyi, nge-band, keroncong, nyinden, bahkan wayang kulit, lengkap dengan gamelannya.

 Kelas Nania menampilkan seni peran opera sabun. Nania menjadi seorang putri yang dikutuk menjadi sebuah mangkuk. Dimana seseorang yang dapat menyajikan makanan terenak dengan mangkuk itu maka akan membebaskan kutukannya. Walau terdengar mustahil seorang anak sekolahan dapat membuat masakan seperti itu namun opera berjalan lancar. Banyak orang yang suka dan memberikan apresiasi dengan bertepuk tangan. Termasuk Dodol. Bahkan dia bertepuk tangan sambil koprol. Koprol ke kanan, ke kiri, lalu nyungsep ke bangku penonton.

Tiba-tiba ruangan menjadi gelap. Semua lampu di ruangan mati. Kecuali lampu panggung. Inilah yang dinanti oleh semua pengunjung pensi. Pemilihan raja dan ratu pesta. Seluruh pengunjung diam.

“Ehm. Ini nyala ya?” MC memulai sesi penobatan raja dan ratu pesta.
“Eh, maap. Hehehe..” MC nyengir kuda setelah tau mic nya udah nyala.
“Oke. Selamat malam para hadirin dan hadirot. Sebelum kami menyerahkan mahkota raja dan ratu pesta, ada baiknya kami menyampaikan informasi berikut ini.”
MC lalu membaca kertas yang dipegangnya. “Sate Kambing Pak Mamat. Sate dengan potongan daging kambing pilihan. Diolah higienis dengan paduan bumbu sempurna. Menciptakan rasa yang tiada duanya. Rasakan sensasi Sate Kambing Pak Mamat.”
“Demikian pesan sponsor. Mari kita lanjutkan ke sesi pengobatan. Eh, maksud kami penobatan raja dan ratu pensi. “ MC mengambil kertas dari juri penilai.
“Hasil penilaian juri sudah ada di tangan saya. Hasil ini tidak dapat diganggu apalagi digugat. Raja dan ratu pensi kali ini jatuh kepada..”
Penonton harap-harap cemas.
“Leonard dan Nania. Selamat kepada kedua pemenang raja dan ratu.”

Penonton bersorak kegirangan. Seolah mereka mengamini hasil yang disampaikan MC. Tidak bagi Dodol. Hasil itu tidak dapat diterima. Dia merasa bahwa dirinyalah yang berhak menyabet gelar raja pensi. Dodol dah keren dari rambut sampe perut, dari perut sampe lutut. Namun tampaknya Tuhan berkehendak lain.

Dodol memilih untuk tidak menyaksikan pesta dansa raja dan ratu yang pasti menyesakkan hati Dodol. Bermain gitar sendirian di luar gedung adalah ide yang tidak buruk. Dodol menatap langit. Hujan telah berhenti. Harapannya untuk berdansa dengan Nania telah sirna.

Ketika Dodol menuntun motornya yang butut keluar dari tempat parkir, dia melihat seorang putri duduk dengan muka cemberut di dekat pos satpam. Tangannya memegang handphone dan sekali-sekali melihat ke layar handphonenya. Putri itu adalah Nania.

Dodol menyapa sambil menata rambutnya. “Hai.”
“Hai kakak.” Nania menyambutnya.
“Kita ketemu lagi. Hehe.. Jagain pos satpam ya?” Sahut Dodol.
“Iya. Eh, nggak. Ini mau pulang kok. Tapi..” Nania terhenti.
“Ga ada yang jemput?” Dodol asal tebak. Nania mengangguk pelan.
“Gua anterin yuk. Kita kan satu arah.” Dodol menawarkan kebaikan hatinya.
Nania melihat handphonenya sekali lagi.
“Gue ga gigit kok. Emang gue keliatan kaya penjahat kelamin apa?” Dodol meyakinkan Nania.
“Emang!” Kata Nania. Dodol melongo.
“Tapi aku harus pulang.” Nania menunduk.
“Oke. Gue anterin lu pulang dan gue janji ga bakal macem-macem deh. Suer!” Dodol mengangkat tangannya. Berangkatlah mereka berdua. Dodol merasa senang dapat membonceng sang putri cantik jelita seperti Nania. Nania merasa khawatir dibonceng oleh cowok aneh bertampang kriminal seperti Dodol.

Selama perjalanan pulang, Dodol dan Nania terlibat pembicaraan.
“Betapa beruntungnya orang yang bisa berdansa dengan sang ratu pesta.” Dodol membuka pembicaraan. Nania tidak menjawab.
“Hmm.. Sariawan ya?  Bytheway penampilan loe di opera sabun tadi bagus banget. Mata gue ga berkedip ngeliat loe beraksi di atas panggung. Dan gue rela nahan boker sampe acara loe kelar.” Dodol menggebu-gebu menjelaskan.
“Kakak ngeledek nih? Padahal tadi aku ngerasa biasa aja lho.” Sahut Nania perlahan.
“Beneran kok. Loe keliatan cantik banget malem ini. Tipe gue banget. Eh..” Dodol berhenti ngomong serasa keselek biji duren.
Nania tersenyum simpul.

Di depan rumah Nania.
“Makasih ya kak Dodol. Maaf ngerepotin.” Nania bergegas membuka pagar.
Dodol hanya mengangguk dan tersenyum.
“kak Dodol.” Tambah Nania.
“Sebenernya aku hanya duduk dan nungguin seseorang setelah penobatan selesai. Tapi orang itu malah keluar dari pensi.” Sahut Nani.
“Jadi loe ga dansa?” Dodol sumringah.
Nania menggelengkan kepala sambil tersenyum. Lalu segera pergi meninggalkan Dodol.


*Apaan sih?!

Pagi itu Dodol bangun dari tidurnya dengan semangat. Mandi dengan semangat. Dan makan dengan gulai kambing. Tentunya juga semangat. Adaapaini? Biasanya Dodol tak pernah sesumringah ini. Mini menggeleng.

“Abang kenapa sih? Kesambet jin ya?” Kata Mini.
“Hmm? Hehe..” Dodol nyengir.
“Abang menang lotre ya? Bagi Mini dong Bang, buat beli pulsa.” Mini asal tebak.
“Bukan Min, Abang lagi terbang.” Sahut Dodol sambil niruin pesawat.
“Eh?! Abang ngobat ya?! Mak..!!” Mini panik.
“Sstt..!!” Dodol nyumpel mulut Mini pake tahu. “Apaan sih?! Abang ga ngobat. Cuma lagi seneng, ada yang ngajakin Abang jalan.”
“Halah.. Paling cuma ama temen-temen cowo Abang.” Mini sewot sambil ngunyah tahu.
“Ini cewek Min.. Cantik..” Dodol menjelaskan sambil ngiler.
“Paling Abang cuma jadi bodyguard ato tukang bawain belanjaan kan?” Mini tetep sewot.
“Eh, emang tampang gue jelek. Tapi gue charming.” Dodol ngaku. Mini melongo. Mini paham bahwa muka abangnya lebih ganteng dikit dari kambing yang dibedakin.

Gulai kambing Emak hari itu terasa nikmat sekali. Mengawali hari Minggu yang begitu cerah dengan lebih ceria. Dan di hari itu keluarga Dodol kedatangan tamu istimewa. Naik delman istimewa, duduk di muka Pak kusir yang sedang bekerja. Mengendali kuda supaya baik jalannya. Nenek Imah namanya. Bukan kudanya, namun tamu istimewanya. Nenek Imah adalah ibunya Emak. Umurnya 78 tahun dan masih bugar. Namun ada satu kekurangan Nenek Imah.

“Nek Imah, bawa apaan tuh di karung?” Tanya Dodol penasaran melihat karung di belakang delman.
“Nenek ga pake sarung Dodol! Angkatin pisang di belakang tuh!” Nek Imah menyalak. Dodol melongo.

Itulah nenek Dodol tersayang. Pendengarannya agak terganggu. Telinga ama pikirannya ga kompak. Sering salah sangka. Karung dibilang sarung, kuning malah dikira kucing, usil kedengaran seperti upil. Walau begitu beliau baik kok. Dan pinter bikin kue. Kue pancong kesukaan Dodol. Memang kehadiran beliau pada hari Minggu ini adalah untuk membuat kue pancong.

“Nek, kue pancong bikinan Nenek enak bener. Rahasianya apaan sih?” Mini mencoba membuka rahasia sang chef.
“Mini, Nenek takut ah ngomongin itu.” Ujar Nek Imah.
“Kalo memang rahasia kue pancong ga boleh dibocorin, ya udah deh ga apa-apa.” Mini putus asa.
“Iya Min. Nenek takut sama pocong. Soalnya itu ya, dulu pernah di.. “
“Pancong Nek! Pan-cong! Bukan Po-cong!” Mini langsung menyela sembari mendekatkan mulutnya ke telinga Nek Imah.
“Oh pancong. Bilang dong dari tadi! Iya ini Nenek mo mulai masak kue pancongnya. Bantuin yuk!” Nek Imah mulai menyiapkan bahan-bahannya. Mini menyerah dan mulai membantu Nek Imah.

Bak seorang master chef, Nek Imah dengan tangkas membuat kue pancong. Bagi yang belum pernah tahu kue pancong seperti apa, lihat video berikut deh.


Begitu mencium aroma sedap dari kue pancong, Dodol segera bergegas menuju dapur. Kue pancong spesial buatan Nenek Imah sudah jadi. Mini dan Dodol segera melahapnya tanpa ampun. Kue ini sebenarnya terbuat dari bahan sederhana. Namun rasanya ga kalah sama donat buatan Dunkin.

Sambil menikmati kue pancong, Dodol membuka sesi curhat dengan Nek Imah.
“Nek, Dodol ketemu sama cewek. Cantiiikk banget. Kaya bidadari turun dari taksi.” Dodol memulai pembicaraan.
“Bagus tuh. Nenek suka ama yang kaya gitu.” Nek Imah menyahut.
Dodol bersyukur Nek Imah paham arah pembicaraannya.
“Awalnya kami ketemu di metromini tua.” Dodol melanjutkan.
 “Mini kan masih muda, kok dibilang tua sih?” Nenek Imah protes.
“Metro-mini Nek! Me-tro-mi-ni.” Dodol ikutan protes sambil membenarkan posisi alat bantu dengar Nek Imah.
“Oh, metromini.. Nenek dulu ketemu Kakek juga di metromini. Kakekmu nawarin duduk buat nenek waktu metromini lagi padat. Manis banget..” Nek Imah menerawang sambil cengar-cengir.
“Wah, Kakek gentle banget. Kayanya tips itu bisa dipake buat Nania nih.” Dodol juga membayangkan dirinya menjadi gentleman.
Nek Imah melanjutkan ceritanya.“Tapi Nenek belum naksir Kakek pada saat itu. Nenek masih cuek. Jual mahal. Dan pada pertemuan selanjutnya, Kakekmu menawarkan hal yang sama. Pada saat itu Nenek mulai ada rasa.”
“Kok Nenek bisa ada rasa cuma karena dikasih tempat duduk?” Dodol heran.
“Bukan cuma tempat duduk yang dikasih ke Nenek. Kakekmu juga kasih coklat buat Nenek. Jaman segitu coklat mahal.” Lanjut Nenek.
“Nenek matre juga nih. Masa gara-gara dikasih barang mahal jadi suka?” Dodol mulai curiga dengan Neneknya.
“Bukan karena itu Dodol! Begitu sampe kelas Nenek buka coklatnya. Ternyata ada sebuah catatan kecil disitu. Tulisannya: ‘Apakah kamu masih single? Apabila iya, temui aku di bus yang sama esok pagi.’ Begitu baca tulisan itu hati Nenek berdebar.”
Dodol melongo. “Wow! Jadi Nenek tinggal mencari bus yang sama besok paginya kan?”
“Bener banget. Kakekmu bilang suka sama Nenek di bus itu. Itulah awal perjalanan cinta Nenek.” Nek Imah tersenyum.

Memang kita harus segera ambil kesempatan karena tidak dua kali. Kalau sampai datang kesempatan kedua itu rejeki namanya. Dodol paham akan hal ini. Namun yang dia tidak paham adalah cara mendekati cewek. Seumur hidup menjadi jomblo bukan pilihannya. Keadaan dirinya yang tidak seberuntung para personil Sm*sh membuatnya jauh dari hal percintaan.

“Jadi nenek punya saran atau nasehat gitu buat Dodol?”
“Mandi dulu, jangan lupa sikat gigi. Badan lu bau kebo.” Nenek Imah ketawa. Dodol manyun.

Dodol mau nembak Nania. Apa saja kejutan yang dipersiapkan Dodol? Apakah Nania akan menerimanya? Mengapa gue nanyain ini semua? Simak aja cerita minggu depan ya.



Cerita di atas hanya fiktif belaka.
Apabila ada kesamaan nama orang dan tempat hanya kebetulan semata.
Terima kasih atas perhatiannya.
Sampai ketemu lain kali.